IP

03 Januari 2009

Pendidikan Anak-anak Di dalam Islam

sumber : http://forum.anakku.net.my

Kedudukan anak-anak dalam Islam

Anak-anak merupakan anugerah serta rezeki karunia Allah SWT kepada pasangan suami isteri yang secara fitrahnya menginginkan dan sentiasa mengharapkan karunia ini. Fitrah ini ada di kalangan muslim maupun bukan muslim. Bagaimanapun ibu bapak muslim sangat dituntut untuk mengetahui dan memahami nilai karunia Allah SWT ini. Ketidakfahaman dalam masalah ini menyebabkan ibu bapak tidak dapat melaksanakan peranan dan tanggung-jawab mereka, malah mungkin tidak menunaikan hak anak-anak seperti memberi kasih sayang dan perhatian yang sewajarnya.

Allah SWT berfirman di dalam Surah Asy-Syura, ayat 49-50 yang artinya: "Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis lelaki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."

Oleh itu kita wajib menyambutnya dengan penuh syukur karena nikmat Allah SWT ini boleh menghiasi rumah tangga dan menenteramkannya.

"Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami)." (Surah al Furqan: 74)

Allah SWT juga berfirman yang artinya: "Ya Rabbi, kurniakan aku seorang anak yang baik di sisi Engkau." (Surah Ali Imran: 3Cool

"Anugerahkan aku seorang putera, yang akan mewarisi sebagian keluarga Ya'kub." (Surah Maryam : 5-6)

Kedua-dua ayat di atas merekam doa Nabi Zakaria yang menginginkan anak untuk meneruskan kewajiban dakwah yang dipikulnya.

Menurut Akhlaq Hussain, "Anak-anak yang saleh menjadi sumber sedekah jariah bagi ibu bapak...." Inipun sekiranya anak-anak tersebut dididik dengan sempurna sehingga menjadi mukmin yang sebenarnya karena hanya anak-anak seperti ini membolehkan ibu bapak memperoleh sedekah jariah yang dikatakannya.

Apakah hak-hak anak atas bapak dan ibunya ?

Rasulullah SAW telah bersabda di dalam beberapa hadith sahih yang artinya: "Hak anak atas ayahnya ialah memberinya nama yang baik, mengajarnya menulis, mengahwinkannya apabila sudah cukup umur dan mengajarnya al-Quran" (Riwayat Al-Hakin dan Ad-Dailami)

"Pendidikan yang diberikan seseorang kepadanya lebih baik baginya daripada bersedekah satu sha’ (nilai mata uang)"

"Tidak ada suatu pemberian yang lebih baik daripada seorang ayah kepada anaknya daripada budi pekerti yang baik." (H.R. Tirmidzi)

Selain itu anak-anak juga berhak untuk mendapat perhatian dan memperoleh kasih sayang ibu bapaknya. Akhlaq Hussain menulis, "Seandainya ibu bapak tidak melayani anak-anak mereka dengan kasih sayang bagaimanakah mereka mengharapkan anak mereka berkelakuan baik kepada mereka?"

Salah satu peranan terpenting di dalam kehidupan ibu dan bapak adalah menjaga amanah Allah SWT dengan sebaiknya. Anak-anak adalah amanah yang utama.

Rasulullah SAW telah bersabda, yang artinya: (".......dan setiap suami adalah pemimpin bagi keluarganya. Ia akan diminta pertanggungjawabannya dan setiap isteri adalah pemimpin atas penghuni rumah dan anak suaminya, dan ia akan diminta pertanggungjawabannya.")

Oleh itu mendidik anak-anak menjadi soleh adalah satu tanggungjawab diniyah. Kegagalan mendididk mereka akan membawa akibat yang berat di akhirat. Allah SWT telah memperingatkan masalah ini di dalam Surah at-Tahrim, ayat 6 yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Selamatkan diri kamu dan anggota keluarga kamu daripada api neraka"

Tamaiyuz (perbedaan) di dalam tujuan dan perjalanan hidup da’i.

Salah satu masalah penting yang perlu difahami dan disadari ialah terdapat perbedaan yang nyata (tamaiyuz) di antara da’i dan anggota harakah Islam dengan anggota masyarakat yang lain. Perbedaan ini adalah dari segi tujuan dan perjalanan hidup kita. Kita menyadari bahwa Allah telah memerintahkan kita supaya menjadikan diri sebagai manusia Rabbani.

Allah SWT telah berfirman di dalam Surah Ali Imran ayat 79 yang artinya: "...Hendaklah kamu menjadi manusia-manusia rabbani"

Rabbani artinya kita memiliki ciri-ciri Rabbaniyah yang dikehendaki Allah SWT, saperti di dalam diri atau dalam perjalanan hidup kita.

Oleh itu kita mestilah bersifat Rabbani dari sudut ghoyah (tujuan) dan wijhah (haluan) maupun masdar (sumber) dan manhaj (sistem). Dengan itu sudah pasti kita berbeda besar daripada masyarakat, dari sudut tujuan pendidikan anak-anak dan juga method (kaedah) mendidik mereka.

Seorang sarjana pendidikan, Dr. Abdul Rahman Salih telah menulis: ".....setiap masyarakat mempunyai tujuan-tujuan tertinggi (idealisma) di dalam kehidupan mereka, dan masyarakat itu akan berusaha untuk mengantar anak-anak masyarakatnya kepada tujuan-tujuan tersebut. Setiap masyarakat juga mempunyai jalan-jalan atau metod-metod pendidikan untuk menyampaikan masyarakat tersebut kepada tujuan-tujuan mereka. Oleh itu apabila satu-satu masyarakat mengikuti atau meniru jalan-jalan dan metod-metod pendidikan satu masyarakat yang lain, mereka dengan sendiri telah mengambil idealisma atau hajat tertinggi masyarakat yang diikuti atau yang ditiru." Oleh demikian dalam melaksanakan tuntutan mendidik anak-anak, kita mestilah waspada supaya tidak tergelincir dari landasan pendidikan yang disyariatkan oleh Allah SWT dan yang diterjemahkan di dalam kehidupan Rasulullah SAW.

Sebagaimana yang dijelaskan, kita mempunyai ghoyah (tujuan tertinggi) dan hadaf (tujuan dekat) yang lebih tinggi dan lebih mulia. Ini melahirkan tamaiyuz dengan masyarakat. Kita adalah anggota harakah Islam yang mempunyai tujuan hidup membangunkan sistem Allah. Kita menjadikan tujuan hidup kita untuk menegakkan syariat Allah. Hikmah daripada kesadaran ini adalah menjadikan seluruh kehidupan kita sebagai ibadah. Dengan semua aktivitas hidup kita untuk mencapai tujuan yang suci ini. Oleh itu pembinaan diri kita sebagai mukmin (fardi muslim) yang ikhlas berjihad dan pembangunan baitul muslim (keluarga muslim) adalah untuk tujuan tersebut. Kelahiran serta pendidikan anak-anak kita adalah untuk tujuan ini.

Anak-anak adalah generasi pewaris dakwah.

Di samping mendidik anak-anak menjadi anak yang saleh, mereka perlu diproses dengan rapi agar bersedia memikul dan melaksanakan tanggung-jawab dakwah dan jihad. Anak-anak kita adalah pewaris perjuangan yang sedang kita laksanakan hari ini. Mereka akan dipertanggung jawabkan untuk meneruskan perjuangan suci dengan lebih berkesan karena kesadaran yang telah ada di dalam hati kita. Di atas hajat ini juga Allah menyebutkan doa nabi Zakaria di dalam Surah Maryam, ayat 5 yang artinya: "Anugerahkanlah aku seorang putera, yang akan mewarisi sebagian keluarga Ya'kub."

Oleh itu kita perlu bertanya kepada diri kita secara serius, adakah kita peka atau prihatin dengan tanggungjawab mendidik anak-anak kita? Kita perlu melihat anak-anak kita sebagai mad'u (orang yang diseru) yang perlu dibentuk melalui satu proses tarbiyah, iaitu proses penyucian diri, pembentukan kefahaman, kesadaran dan pembinaan syakhsiyah.

Pendidikan bagaimana yang dituntut untuk dilaksanakan?

Di dalam al-Quran Surah al-Ahzab, ayat 36 Allah SWT telah berfirman yang artinya: "Tidaklah patut bagi setiap mukminin dan mukminat apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan sesuatu, ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka."

Oleh itu kita dituntut untuk mendidik anak-anak melalui proses tarbiyah Islamiyah seperti manhaj, ghoyah, hadaf serta natijahnya. Tarbiyah Islamiyah mempunyai manhajnya yang tersendiri dan teristimewa karena manhaj ini datang dari Allah SWT, Allah yang berteraskan tauhid. Seluruh kehidupan untuk berubudiyah kepada Allah SWT semata-mata.

Satu lagi yang dituntut ke atas diri kita adalah ibu bapak sendiri; perlu melalui pendidikan ini terlebih dahulu dengan keikhlasan, kesungguhan serta penyerahan supaya kita terlebih dahulu menjadi manusia Rabbani. Ini karena salah satu prasyarat keberkesanan tarbiyah adalah contoh teladan.

sumber (source) : http://forum.anakku.net.my

Tidak ada komentar: